assalamu'alaikum.....

Blogger news


Minggu, 11 September 2016

Masih cemburukah?

     Hari ini hari dimana aku berubah menjadi lebih dewasa, memandang sebuah hubungan bukan dengan emosi, nafsu dan semua yang membuat hubungan itu menjadi sebuah masalah keributan.
Terkadang cemburu menghampiri setiap orang yang sedang jatuh cinta, ataupun orang yang sudah berumah tangga.
Karna cemburu adalah sesuatu yang selalu menyertai cinta, pada kesempatan kali ini saya akan membicarakan sedikit tentang cemburu.
  Pernahkah kalian mendapati pasangan kalian yang saling tegur dengan orang lain di medsos, atau pun mengomentari setatus pasangan anda..?
  Waaahhh, rasanya pasti sangat menyakitkan ya sob...
Padahal, kita tau kalo cewe or cowo tersebut sahabatnya. Tapi rasa cemburu itu tidak dapat di toleransi walaupun kenyataannya mereka hanyalah teman.
 Jagalah hubunganmu jangan mendahulukan emosi dari pada akal, betapa sakitnya apabila kita kehilangan kekasih. Menunggu bertahun-tahun untuk melupakan bahkan tidak bisa lupa seumur hidup...
   Itulah anugerah Allah yang di berikan kepada kita, tapi waktu itu aku belum menyadarinya. Dan salah dalam menempatkannya.

Wahai kawan ini nasehatku.

   Jangan menyakiti kekasihmu dengan hal-hal yang sepele, salinglah jujur dan berterus terang . jangan menyembunyikan sesuatu, karna sebuah hubungan itu terjalin karna untuk saling berbagi..




Laki-laki dan  wanita memiliki pembawaan sifat pecemburu. Tidak jarang seorang wanita cemburu
gara-gara perkara yang sepele, Begitupun laki-laki .
 Karena itu seorang laki-laki  harus menjaga diri terhadap
hal yang demikian dan hendaknya jangan sampai keliru dalam meluruskan masalahnya.

 jika seorang wanita  tidak berkepanjangan dalam kecemburuannya. Jika ternyata terus
berkepanjangan dalam kecemburuannya, maka tentu setiap keadaan mempunyai cara
sendiri-sendiri untuk mengatasinya.
Dahulu istri-istri Nabi juga cemburu, apalagi wanita-wanita jaman sekarang yang
lebih banyak dikuasai oleh setan.
 Terdapat banyak hadits tentang kisah cemburunya istri-istri Nabi , di antaranya:

Hadits `Aisyah radhiyallahu ‘anhu  yang mengatakan, yang artinya:
Tidakkah ingin aku ceritakan kepadamu tentang aku dan nabi? Ketika suatu
malam aku bersama nabi, beliau membalikkan badan, dan meletakkan
sandalnya di sebelah kakinya dalam keadaan masih terbaring.
Kemudian beliau menyingkirkan ujung kainnya ke pembaringannya. Sesaat
beliau tetap dalam pembaringannya sampai beliau menyangka kalau aku
sudah tidur. Setelah itu beliau perlaha-lahan mengenakan sandalnya,
mengambil kain selendangnya perlahan-lahan, membuka pintu perlahan-
lahan dan keluar perlahan-lahan.
Akupun kemudian mengenakan pakaianku mulai dari atas kepala, aku
kenakan kerudungku dan aku tutupkan kainku ke tubuhku lalu aku berjalan
mengikuti jejak Nabi hingga akhirnya beliau sampai di (kuburan) Bagi'.
Beliau mengangkat kedua tangannya (berdoa) tiga kali. Beliau lama dalam
berdoa.
Setelah itu beliau bergeser pergi, akupun bergeser pergi, beliau mempercepat
langkahnya, akupun mmpercepat langkahku. beliau berlari-lari kecil, akupun
berlari -lari kecil, beliau tergesa-gesa, akupun tergesa-gesa, sehingga aku
dapat mendahuluinya. Selanjutnya aku masuk rumah dan berbaring kembali.
Kemudian Rasulullah masuk pula seraya bersabda:
"Mengapa engkau wahai Aisyah? Engkau tersengal-sengal?"
Aisyah menjawab: "Tidak."
Beliau bekata: "Engkau harus menceritakan kepadaku atau Allah
Yang Maha Lembut dan Maha Tahu yang akan menceritakannya
kepadaku."
Aku (Aisyah) berkata: "Wahai Rasulullah, sungguh...." Lalu
Aisyah menceritakan kisahnya. Beliau lalu bersabda: "Adakah
engkau seorang yang tadi aku lihat di hadapanku?"
Aisyah menjawab: "Ya"
Kemudian rasullah menepuk dadaku dengan suatu tepukan hingga terasa
sakit. Beliaupun bersabda: "Apakah engkau mengira bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan mendzhalimi kamu?"
Aku (Aisyah) berkata: "Betapapun orang menyembunyikan sesuatu, Allah
pasti mengetahuinya" 1
Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Jibril datang kepadaku ketika engkau (tadi)
melihat(ku). Ia (Jibril) tidak datang kepadamu sedangkan engkau
sudah melepaskan pakaianmu. Jibril memanggilku, maka aku

1Aisyah mengira bahwa Nabi malam itu akan pergi ke sebagian istrinya yang lain (Aisyah cemburu).
Maka Nabi bersabda kepada Aisyah:
"Apakah engau mengira bahwa Allah dan Rasulnya mendzalimi kamu?"
Yakni bahwa seharusnya malam itu giliran Aisyah, kemudian Nabi disangka pergi ke istrinya yang lain.
Kalau itu terjadi berarti itu adalah kedzaliman dan dosa. Tidak mungkin Rasullullah melakukan
hal yang demikian itu.


bersembunyi-sembunyi dari pandanganmu. Saya suka jika saya
menyembunyikan diri darimu,
Kemudian saya kira kamu sudah tidur, saya tidak suka jika
harus membangunkanmu dan saya khawatir jika kamu ketakutan.
Jibril memerintahkan aku supaya datang ke (kuburan) Baqi untuk
kemudian aku memohonkan ampun kepada Allah buat mereka
(orang-orang yang dikubur di Baqi)."
Aku (Aisyah) berkata: "Wahai rasulullah apa yang harus aku ucapkan
(ketika datang ke kuburan) ?"
Beliau bersabda: "Ucapkanlah doa:
Keselamatan hendaknya tercurah kepada penghuni kubur dari
kalangan kaum mukminin dan kaum muslimin, semoga Allah
memberi rahmat kepada orang-orang yang mati terdahulu dan
yang mati kemudian. Dan kami insya Allah akan menyusul
kemudian." 2Hadits shahih dikeluarkan oleh Imam Muslim 111/14, Nasa'i IV/91-93; Vll/72-75; Ahmad
VI/221 dan lainnya.




Demikian pula perkataan Aisyah dalam hadits berikut ini:
Pada suatu malam saya kehilangan Rasulullah Saya menyangka beliau pergi ke istri
yang lain. Lalu saya selidiki beliau, ternyata beliau sedang ruku' atau sujud sambil
berdo'a: "Maha suci Engkau dan MahaTerpuji Engkau, tiada sesembahan yang benar
melainkan Engkau." Maka saya berkata: "Sungguh-sungguh anda dalam keadaan satu
keadaan (ibadah), sedang saya dalam keadaan lain (digoda oleh rasa cemburu)." (Hadits
shahih yang dikeluarkan oleh Muslim: I/351-352; Abdul Baqi, An-Nasi'i VII/72, ath-
Thayalisi 1405 dan Iainnya).

  Sampai sini dulu ya....  disambung besok lg lain waktu, wassalaam... J
     Hooaaaam sudah ngatuk nih .



Rabu, 25 Maret 2015

Menyayangi Binatang



Burung adalah termasuk salah satu binatang yang harus kita pelihara dan sayangi, akan tetapi perlukah kita memelihara dan menyayangi burung tersebut dengan cara mengurungnya dalam sangkar..? atau membiarkannya hidup bebas di habitatnya.?! Kemudian, bagaimana pula dengan cara pemeliharaan dan menyayangi hewan-hewan ternak lainnya, seperti kambing, sapi/onta, dll, adakah Islam mengajarkannya..?

Ada persepsi yang keliru tentang pemeliharaan hewan atau kasih sayang terhadap binatang, mereka mengira bahwa yang pertama kali mencetuskan kasih sayang terhadap binatang adalah orang-orang Eropa yang non Muslim.

Padahal ajaran sikap kasih sayang terhadap binatang adalah benar-benar dari Islam. Hanya saja mereka (orang-orang Eropa) mampu mengembangkan dan merumuskannya secara lebih sistematis dalam mengimplemetasikannya, di samping itu mereka mendapat dukungan dari negara, sehingga sikap menyayangi binatang di kalangan mereka sudah menjadi ciri khas.

Hal itulah yang menyebabkan adanya orang-orang yang menduga bahwa ajaran itu berasal dari mereka yang non muslim. Lebih-lebih setelah mereka melihat realitas sosial di kalangan kaum muslimin yang tidak banyak memberikan perhatian khusus terhadap dunia binatang. Akhirnya merekalah yang secara intensif memberikan perhatian terhadap binatang.

Namun di sisi lain, kasih sayang terhadap binatang di beberapa negara Eropa bisa dikatakan ekstrim dan berlebihan, salah satu diantaranya adalah perlakuan mereka terahadap binatang peliharannya (bisa dikatakan)melebihi kasih sayangnya terhadap manusia.

Dibawah ini pembahasan yang sangat bagus sekali dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani tentang bagaimana Islam mengajarkan kasih sayang terhadap binatang, yang disalin dari kitab beliau Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah wa Syaiun Min Fiqhiha wa Fawaaidiha, edisi Indonesia Silsilah Hadits Shahih.



Hadits No. 20

"Artinya : Apakah engkau tidak takut kepada Allah mengenai binatang ini, yang telah diberikan kepadamu oleh Allah? Dia melapor kepadaku bahwa engkau telah membiarkannya lapar dan membebaninya dengan pekerjaan-pekerjaan yang berat"

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (1/400), Imam Hakim (2/99-100), Imam Ahmad (1/204-205), Abu Ya'la di dalam musnad-nya (1/318), Al-Baihaqi di dalam Dala'ilun-Nubuwwah (juz 2, bab 'Menyebutkan Tiga Mu'jizat Rasul') Ibnu Asakir di dalam Tarikhnya (juz 9/28/1) dan Adh-Dhiya' di dalam Al-hadits Al-Mukhtarah (124-125) dari jalur Muhammad bin Abdullah bin Abi Ya'qub dari Al-Hasan bin Sa'ad, seorang budak yang dimerdekakan oleh Al-Hasan bin Ali, dari Abdullah bin Ja'far, yang meriwayatkan :

"Artinya : Suatu hari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memboncengkan saya. Kemudian beliau bercerita kepada saya cerita rahasia, dan saya tidak boleh menceritakannya kepada seorangpun, yaitu bahwa yang bisa dipergunakan oleh Nabi untuk berlindung ketika melaksanakan hajatnya adalah perbukitan dan pepohonan korma yang terbentang. (Suatu saat) Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memasuki sebuah kebun milik salah seorang sahabat Anshar. Tiba-tiba beliau melihat seekor onta. (Ketika beliau melihatnya, maka beliau mendatanginya dan mengelus bagian pusat sampai punuknya serta kedua tulang belakang telinganya. Kemudian onta itu tenang kembali). Beliau berseru :

"Siapa pemilik onta ini?! Milik siapa ini?!" Kemudian datanglah seorang pemuda dari golongan Anshar, lalu berkata: "Wahai Rasul, onta ini milik saya. Lalu beliau bersabda: (Lalu perawi menyebutkan hadits diatas)".

Hadits No. 23

"Artinya : Takutlah kepada Allah dalam (memelihara) binatang-binatang yang tak dapat bicara ini. Tunggangilah mereka dengan baik, dan berilah makan dengan baik pula".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud (No. 2448) dari jalur Muhammad bin Muhajir dari Rabi'ah bin Zaid dari Abu Kabsyah As-Saluli dari Sahal bin Handzalah yang meriwayatkan.

"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melewati seekor onta yang punggungnya telah bertemu dengan perutnya (sangat kurus), lalu beliau bersabda : (Perawi menyebutkan kalimat seperti hadits di atas).

Hadits ini sanadnya shahih sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi dalam Ar-Riyadh dan hal ini diakui pula oleh Al-Manawi.

Sanad itu diperkuat pula oleh Abdurrahman bin Yazid bin Jabir dengan pernyataannya : Saya diberi hadits oleh Rabi'ah bin Yazid, yang isinya sama dengan hadits di atas namun redaksinya lebih sempurna yaitu.

"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar untuk memenuhi suatu keperluan. Kemudian beliau melihat seekor onta yang diderumkan di depan pintu masjid sejak siang hari. Namun sore harinya beliau melihatnya masih dalam keadaan yang sama. Melihat keadaan ini, beliau bertanya :

'Dimanakah pemilik onta ini.? Cari dia'. Ternyata tidak ada, lalu beliau bersabda : 'Bertaqwalah kepada Allah dalam (memelihara) binatang ini. Tunggangilah dalam keadaan baik dan dalam keadaan gemuk".  Saat itu beliau seperti baru saja marah".

Hadits No. 24

"Artinya: Mengapa tidak engkau lakukan sebelumnya? Apakah engkau ingin membunuhnya dua kali?"

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ath-Thabari di dalam Al-Kabir (3/40/1), Al-Ausath (1/31/1) dan AL-Baihaqi (9/280), dari Yusuf bin Addi dari Abdurrahman bin Sulaiman Ar-razzi dari 'Ashim Al-Ahwat dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menuturkan.

"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendapati seorang laki-laki yang meletakkan kakinya di atas pantat seekor kambing sambil mengasah alat sembelihannya. Kambing itu meliriknya. Lalu Nabi bersabda :

(beliau bersabda seperti hadits di atas)".

Hadits No. 25

"Artinya : Siapa yang mengejutkan burung ini dengan mengambil anaknya ? kembalikanlah anaknya kepadanya".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam Al-Adabul Mufarrad (hadits no.382), Abu Dawud (hadits no. 2675), dan Al-Hakim (4/239), dari Abdurrahman bin Abdillah dari ayahnya, yang menceritakan.

"Artinya : Kami menyertai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam suatu perlawatannya. Kemudian beliau pergi untuk memenuhi suatu kebutuhannya. Lalu kami melihat seekor burung berwarna merah dengan dua ekor anaknya. Kami lalu mengambil kedua anaknya itu. Tatkala induknya datang dia mengepak-ngepakkan sayapnya dan terbang menurun ke dataran menyiratkan kegelisahan dan kekecewaan. Ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang, beliau bersabda : (kemudian perawi menyebutkan sabdanya seperti tersebut diatas)".

Redaksi hadits di atas adalah milik Abu Dawud. Ia menambahkan kalimat.

"Artinya : Beliau juga melihat perkampungan semut yang telah kami bakar. Beliau bersabda : 'Siapa yang telah membakar tempat ini?' Kami menjawab:

"Kamilah yang telah menjawabnya". Lalu beliau bersabda : 'Sesungguhnya tidak ada yang pantas menyiksa dengan api kecuali Tuhan yang memiliki api".

Sanad hadits ini shahih, Sementara Imam Al-Hakim berkomentar : 'Hadits ini sanadnya shahih'. Demikian pula yang dikemukakan oleh Adz-Dzahabi. Selanjutnya nanti akan kami sertakan beberapa hadits penguatnya (481-482).

Hadits No. 28

"Artinya : Ada seorang wanita yang disiksa karena seekor kucing yang dikurungnya sampai mati. Hanya karena kucing itu masuk nereka. Sebab tatkala ia mengurungnya, ia tidak memberinya makan dan minum. Ia juga tidak mau melepaskannya untuk mencari makanan dari serangga dan tumbuh-tumbuhan".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Shahih-nya (2/78, cet Eropa) dan di dalam Al-Adab Al-Mufarrad (hadits no 379), Imam Muslim (7/43), dari hadits Nafi' dari Abdullah bin Umar, secara marfu. Di samping itu juga diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (2/507) dan beberapa jalur, semuanya berasal dari Abu Hurairah secara marfu' pula.

Hadits No. 29.

"Artinya : Konon, ada seorang laki-laki yang melintasi sebuah jalan. Tiba-tiba ia merasa sangat haus, lalu menemukan sebuah sumur. Ia menuruninya untuk (mengambil air) minum. Selesai minum, ia keluar. Tatkala ia telah keluar, ia menjumpai seekor anjing yang menjulur-julurkan lidahnya sambil mencium tanah karena kehausan. Orang itu berguman dalam hati : 'Kasihan, anjing ini benar-benar kehausan, seperti yang baru saja menimpa diriku'.

Kemudian ia kembali menuruni sumur itu dan mengisi penuh sepatunya dengan air. Ia gigit sepatu itu hingga sampai lagi di tempat (anjing berada). Lalu ia meminumkannya kepada anjing itu. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengucapkan terima kasih kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya. Para sahabat bertanya :

'Wahai Rasul, apakah kami juga akan memperoleh pahala karena (menolong) binatang?". Beliau menjawab : 'Setiap binatang yang memiliki jantung basah (hidup) akan mendatangkan pahala".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Malik di dalam Al-Muwaththa (hal. 929-930). Imam Bukhari juga meriwayatkan hadits itu darinya di dalam kitab Shaih-nya (2/77-78, 103, 4/117 cet. Eropa) dan di dalam Al-Adab Al-Mufarrad (hadits no. 378), Muslim (7/44), Abu Dawud (hadits no. 2550), dan Imam Ahmad (2/375-517). Semuanya dari Imam Malik dari Suma, seorang budak yang dimerdekakan oleh Abu Bakar, dari Abu Shaleh As-Siman dari Abu Hurairah secara marfu'.

Sementara itu Imam Ahmad (2/521) juga meriwayatkannya dari jalur yang lain, yaitu dari Abu Shaleh dengan redaksi yang sama, namun disertai beberapa pengurangan.

"Artinya : Konon, ada seekor anjing yang berputar-putar di sekeliling sebuah sumur yang hampir mati karena kehausan, tiba-tiba seorang wanita tuna susila dari Bani Israel melihatnya, lalu ia melepaskan sepatunya untuk mengambil air yang kemudian diminumkannya kepada anjing tersebut. Karena amalannya itulah kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berkenan mengampuninya".

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari (2/376, cet Eropa), Muslim (7/45) dan Ahmad (2/507), dari hadits Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah secara marfu.

Sementara itu Imam Anas bin Sirin juga meriwayatkan hadits yang senada dari Abu Hurairah.

Imam Ahmad (2/501) juga meriwayatkannya dengan sanad yang shahih.

dst....

semoga hadits rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam tersebut bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari dalam bermuamalah atau berinteraksi dengan binatang di sekitar kita.....

[Lengkapnya hadits-hadits tersebut silakan merujuk kitab Silsilah Hadits Shahih I, hal.53-66 Pustaka Mantiq]



Selasa, 24 Maret 2015

Kehidupan Sehari-hari Yang Islami



Saudaraku....
Dengan penuh pengharapan bahwa  kebahagian dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka  kami sampaikan risalah  yang  berisikan  pertanyaan-pertanyaan  ini kehadapan anda, untuk direnungkan dan di jawab dengan perbuatan.

Saudaraku ..
Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat kehadapan anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya  kita  bisa mengambil  manfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisi kita selama ini.


Kehidupan Sehari-hari Yang Islami
  1. Apakah anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari .?
  2. Apakah anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid .?
  3. Apakah anda hari ini membaca Al-Qur'an .?
  4. Apakah anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib .?
  5. Apakah anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib .?
  6. Apakah anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang anda baca .?
  7. Apakah anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur .?
  8. Apakah anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya .?
  9. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan anda ke dalam Surga .? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata :"Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
  10. Apakah anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali .? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata :"Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya :"Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata :"Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata :"Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". [Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6].
  11. Apakah anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam .?
  12. Apakah anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik .?
  13. Apakah anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau .?
  14. Apakah anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala .?
  15. Apakah anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari .?
  16. Apakah anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pen) .?
  17. Apakah anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid .? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya :"Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". [Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya].
  18. Apakah anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati anda atas agama-Nya. ?
  19. Apakah anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab .?
  20. Apakah anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama .? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar, pent).
  21. Apakah anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah .? Karena setiap mendo'akan mereka anda akan mendapat kebajikan pula.
  22. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya, pent) atas nikmat Islam .?
  23. Apakah anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya .?
  24. Apakah anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya .?
  25. Apakah anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja .?
  26. Apakah anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri .?
  27. Apakah anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala ?
  28. Apakah anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri anda .?
  29. Apakah anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua .?
  30. Apakah anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah ?
  31. Apakah anda hari ini mengucapkan do'a ini : " Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. [Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625]
  32. Apakah anda berbuat baik kepada tetangga .?
  33. Apakah anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki .?
  34. Apakah anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya .?
  35. Apakah anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian .?
  36. Apakah anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan .?
Saudaraku .
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita  menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, inysa Allah.



Disalin dari kitab Zaad Al-Muslim Al-Yaumi [Bekalan Muslim Sehari-Hari] hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Ustadz Fariq Gasim Anuz




Sabtu, 21 Maret 2015

Menggunakan Kuburan sebagai Masjid


               Ketika saya mau menunaikan sholat dzuhur di sebuah perkampungan yang pada saat itu sedang dalam perjalanan dalam keadaan sudah bersuci dan memasuki masjid terlihat sebuah kuburan yang dibangun sedemikian indah tepat di dalam masjid di bagian utama. Mau tidak mau harus mencari masjid lain yg terdekat.
  Kenapa saya harus pindah masjid...?
Apa hukum sholat di masjid yang ada kuburannya....?

Ada beberapa hadist yang melarang mendirikan masjid diatas kuburan atau menguburkan mayit di dalam masjid serta larangan sholat di dalam masjid yang ada kuburnya:
  1. Dari 'Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, "Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda ketika dalam keadaan sakit dan sesudah itu tidak bangun lagi: "Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashara, karena mereka mengguna-kan kuburan nabi-nabi sebagai tempat shalat."
  2. Dari Abu Haurairah ra, ia berkata, "Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Allah memerangi orang-orang Yahudi, karena mereka menggunakan kuburan para nabi-Nya sebagai tempat sholat." (HR Al Bukhary, Muslim,Abu Awanah, Abu Dawud, Ahmad, Abu Ya'la dan Ibnu Asakir)
  3. Dari 'Aisyah dan Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjelang wafatnya, beliau menelung-kupkan ujung baju dari tenunan bulu ke wajah beliau. Beliau nampak sedih, lalu menyibak ujung baju dari wajah dan bersabda: "Laknat Allah atas orang-orang Yahudi dan Nashara, karena mereka menggunakan kuburan para nabinya sebagai tempat sholat."
  4. Dari 'Aisyah ra, ia berkata, "Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sakit, sebagian istri-istrinya menyebut-nyebut gereja-gereja di Habsyah yang bernama Maria. Ummu Salamah dan Ummu Habibah pernah datang kesana. Mereka menyebutkan tentang keindahan gereja itu dan hiasan-hiasannya. Rasulullah langsung mengangkat kepalanya seraya bersabda: "Mereka itu, apabila diantara mereka ada yang shaleh, maka mereka mendirikan tempat sholat di atas kuburannya, lalu mereka memasang gambar-gambar. Mereka itu adalah seburuk-buruk ciptaan di sisi Akkah (pada haria kiamat)." (HR. Bukhary, Muslim, An-Nasa'I, Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, Abu Awanah, al Baihaqy, Al Baghaway)
  5. Dari Jundap bin Abdullah Al-Bajly, bahwa lima hari sebelum Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam meninggal, ia mendengar beliau bersabda: "Aku mempunyai saudara dan teman-teman diantara kamu. Dan aku terbebas di hadapan Allah bahwa aku mempunyai seorang kesayangan di antara kamu. Sesungguhnya Allah telah mengambilku sebagai kesayangan-Nya sebagaimana Dia juga mengambil Ibrahim sebagai kesayangan-Nya. Andaikata aku mengambil dari umatku seorang kesayangan. Tentu aku akan mengambil Abu Bakar sebagai kesayanganku. Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu menjadikan kuburan para Nabi dan orang-orang shaleh diantara mereka sebagai tempat sholat. Ketahuilah janganlah kamu mendirikan kuburan sebagai masjid. Aku melarang kamu sekalian dari perbuatan itu." (HR. Muslim, Abu Awanah, Ibnu Sa'ad).
  6. Dari Al-Harits An-Najrany, ia berkata, "Aku mendengar Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lima hari sebelum meninggal: "Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shaleh diantara mereka sebagai tempat shalat. Ketahuilah janganlah kamu sekalian menjadikan kuburan sebagai masjid. Aku melarang kamu dari hal itu." (HR. Ibnu Abi Syaibah. Isnad shahih dan disyaratkan oleh Muslim).
  7. Dari Abu Ubaidah bin Al Jarrah, berkata, "Ucapan terakhir yang disampaikan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah: "Keluarkanlah orang-orang yahudi penduduk Hijas dan Najran dari Jazirah Arab. Dan Ketahuilah bahwa orang yang paling buruk adalah mereka yang menjadikan kuburan para Nabinya sebagai tempat shalat." (HR. Ahmad, Ath Thahawi, Abu Ya'la, Ibnu Asakir. Sanadnya shahih).
  8. Dari Zaid bin Tsabit, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Allah melaknat )dalam riwayat lain memerangi) orang-orang Yahudi, karena mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai tempat shalat." (HR. Ahmad, orang-orang terpercaya selain Ibnu Abdurahman. Asy-Syukani mengatakan: "Orang-orangnya Jayyid.").
  9. Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai patung. Allah melaknat suatu kaum yang menjadikan kuburan para nabinya sebagai tempat shalat." (HR. Ahmad, Ibnu Sa'd, Abu Ya'la, Abu Nu'aim. Sanadnya Shahih).
  10. Dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata, 'Aku berjumpa dengan Al Abbas, lalu ia berkata, "wahai Ali, pergilah bersama kami menemui Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Siapa tahu kita mempunyai masalah. Dan kalau tidak beliau dapat berwasiat kepada manusia lewat kita. Maka kami menemui beliau. Sedang beliau terlentang seperti pingsan. Lalu beliau mengangkat kepalanya seraya berkata: "Allah melaknat orang-orang Yahudi, karena mereka menjadikan kuburan para nabinya sebagai tempat shalat."
  11. Dari Ummahatul-Mukminin, bahwa para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, 'Bagaimanakah kita harus membangun kuburan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam ? Apakah kita menjadikannya sebagai masjid ? Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata: 'Aku pernah mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashara, kerena menjadikan kuburan para nabinya sebagai tempat shalat."
ADAPUN SUBHAT YANG SERING KITA DENGAR: "Kuburan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ada di dalam Masjid beliau, yang dapat disaksikan hingga saat ini. Kalau memang hal ini dilarang, lalu mengapa beliau dikuburkan disitu ?
Jawabannya: Keadaan yang kita saksikan pada jaman sekarang ini tidak seperti yang terjadi pada jaman sahabat. Setelah beliau wafat, mereka menguburkannya didalam biliknya yang letaknya bersebelahan dengan masjid, dipisahkan oleh dinding yang ada pintunya. Beliau biasa masuk masjid lewat pintu itu.

Hal ini telah disepakati oleh semua ulama, dan tidak ada pertentangan diantara mereka. Para sahabat mengubur jasad beliau didalam biliknya, agar nantinya orang-orang sesudah mereka tidak menggunakan kuburan beliau sebagai tempat untuk shalat, seperti yang sudah kita terangkan dalam hadits 'Aisyah dibagian muka. Tapi apa yang terjadi dikemudian hari di luar perhitungan mereka. Pada tahun 88 Hijriah, Al Walid bin Abdul Malik merehab masjid Nabi dan memperluas masjid hingga kekamar 'Aisyah. Berarti kuburan beliau masuk ke dalam area masjid. Sementara pada saat itu sudah tidak ada satu sahabatpun yang masih hidup, sehingga dapat menentang tindakan Al Walid ini seperti yang diragukan oleh sebagian manusia.

Al Hafizh Muhamad Abdul-Hady menjelaskan didalam bukunya Ash-Sharimul Manky: "Bilik Rasulullah masuk dalam masjid pada jaman Al Walid bin Abdul Malik, setelah semua sahabat beliau di Madinah meninggal. Sahabat terakhir yang meninggal adalah Jabir bin Abdullah. Ia meninggal pada jaman Abdul Malik, yang meninggal pada tahun 78 Hijriah. Sementara Al Walid menjadi khalifah pada tahun 86 Hijriah, dan meninggal pada tahun 96 Hijriah. Rehabilitasi masjid dan memasukkan bilik beliau kedalam masjid, dilakukan antara tahun-tahun itu.

Abu Zaid Umar bin Syabbah An Numairy berkata di dalam buku karangannya Akhbarul-Madinah: "Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah pada tahun 91 Hijriah, ia merobohkan masjid lalu membangunnya lagi dengan menggunakan batu-batu yang diukir, atapnya terbuat dari jenis kayu yang bagus. Bilik istri-istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dirobohkan pula lalu dimasukkan kedalam masjid. Berarti kuburan beliau juga masuk kedalam masjid."
Dari penjelasan ini jelaslah sudah bahwa kuburan beliau masuk menjadi bagian dari masjid nabawi, ketika di Madinah sudah tidak ada seorang sahabatpun. Hal ini ternyata berlainan dengan tujuan saat mereka menguburkan jasad Rasulullah di dalam biliknya.

Maka setiap orang muslim yang mengetahui hakikat ini, tidak boleh berhujjah dengan sesuatu yang terjadi sesudah meninggalnya para sahabat. Sebab hal ini bertentangan dengan hadits-hadits shahih dan pengertian yang diserap para sahabat serta pendapat para imam. Hal ini juga bertentangan dengan apa yang dilakukan Umar dan Utsman ketika meluaskan masjid Nabawi tersebut. Mereka berdua tidak memasukkan kuburan beliau ke dalam masjid.

Maka dapat kita putuskan, perbuatan Al Walid adalah salah. Kalaupun ia terdesak untuk meluaskan masjid Nabawi, toh ia bisa meluaskan dari sisi lain sehingga tidak mengusik kuburan beliau. Umar bin Khattab pernah mengisyaratkan segi kesalahan semacam ini. Ketika meluaskan masjid, ia mengadakan perluasan di sisi lain dan tidak mengusik kuburan beliau. Ia berkata: "Tidak ada alasan untuk berbuat seperti itu." Umar memberi peringatan agar tidak merobohkan masjid, lalu memasukkan kuburan beliau ke dalam masjid.

Karena tidak ingin bertentangan dengan hadits dan kebiasaan khulafa' urrasyidin, maka orang-orang Islam sesudah itu sangat berhati-hati dalam meluaskan masjid Nabawi. Mereka mengurangi kontroversi sebisa mungkin. Dalam hal ini An-Nawawi menjelaskan di dalam Syarh Muslim: "Ketika para sahabat yang masih hidup dan tabi'in merasa perlu untuk meluaskan masjid Nabawi karena banyaknya jumlah kaum muslimin, maka perluasan masjid itu mencapai rumah Ummahatul-Mukminin, termasuk bilik 'Aisyah, tempat dikuburkannya Rasulullah dan juga kuburan dua sahabat beliau, Abubakar dan Umar. Mereka membuat dinding pemisah yang tinggi disekeliling kuburan, bentuknya melingkar. Sehingga kuburan tidak langsung nampak sebagai bagian dari masjid. Dan orang-orangpun tidak shalat ke arah kuburan itu, sehingga merekapun tidak terseret pada hal-hal yang dilarang.

Ibnu Taimiah dan Ibnu Rajab yang menukil dari Al-Qurthuby, menjelaskan: "Ketika bilik beliau masuk ke dalam masjid, maka pintunya di kunci, lalu disekelilingnya dibangun pagar tembok yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar rumah beliau tidak dipergunakan untuk acara-acara peringatan dan kuburan beliau dijadikan patung sesembahan."


di nukil dr Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani


Minggu, 14 Desember 2014

Pengertian JIN



Jin adalah suatu kehidupan yang berbeda dengan kehidupan manusia maupun malaikat. Ada titik persamaan antara manusia dengan jin, yaitu sama-sama berakal, dan sama-sama memiliki kemampuan memahami serta kemampuan memilih jalan yang baik dan buruk. Akan tetapi, jin berbeda dengan manusia dalam  sejumlah hal, dan yang terpenting adalah dalam hal asal penciptaan.

Mereka disebut jin karena mereka tidak terlihat oleh mata,  "Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya dapat melihat kalian padahal kalian tidak dapat melihat mereka" [Al-A'raf : 27]

ASAL JIN

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjelaskan bahwa jin diciptakan dari api.  Dalam firman-Nya disebutkan. "Kami telah menciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas" [Al-Hijr : 27] dan "Dia menciptakan jin dari nyala api" [Al-Rahman : 15]

Ibn 'Abbas, Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan penafsir lain menafsirkan "nyala api" ( marij min nar)sebagai nyala yang terpanas. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa maksudnya adalah api yang murni dan terbaik [Al-Bidayah wa Al-Nihayah, 1/59]. Imam Al-Nawawi, dalam kitab Syarh Muslim,mengatakan, "Al-Marij adalah nyala api yang bercampur dengan api yang hitam".

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Malaikat diciptakan dari  cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam Alahis Salam diciptakan dari tanah, sebagaimana telah dijelaskan kepada kalian".

WAKTU PENCIPTAAN

Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa jin diciptakan lebih dahulu dibanding manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas" [Al-Hijr : 26-27]

Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan secara eksplisit bahwa jin diciptakan sebelum manusia.

KEMATIAN SETAN

Tidak perlu diragukan lagi bahwa golongan jin, termasuk di dalamnya setan, akan mati. Sebab,mereka semua termasuk ke dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "Semua yang ada di bumi akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan" [Al-Rahman : 26-28]

Dalam shahih Bukhari disebutkan riwayat dari Ibn Abbas bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, pernah berkata, "Aku berlindung kepada keagungan-Mu, tidak ada tuhan melainkan Engkau yang tidak akan pernah mati, sedangkan jin dan manusia akan mati".

Sedangkan tentang umur mereka, yang dapat kita ketahui hanyalah yang diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, tentang iblis, bahwa dia akan tetap hidup sampai datangnya hari kiamat, "Iblis menjawab, 'Beri tangguhlah  saya sampai waktu mereka dibangkitkan' Allah berfirman : 'Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh" [Al-A'raf : 14-15].

Adapun selain iblis, yang kita ketahui hanyalah mereka berumur lebih panjang dibandingkan manusia. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa mereka  akan mati adalah bahwa Khalid bin Walid pernah membunuh setan yang ada di Al-'Uza (sebuah pohon yang disembah oleh bangsa Arab), dan bahwa salah seorang sahabat pernah membunuh jin yang berbentuk ular, sebagaimana akan dijelaskan nanti.

JIN MENERIMA TAKLIF

Tujuan Penciptaan Jin

Tujaun penciptaan jin sama dengan tujuan penciptaan manusia, "Aku menciptakan jin dan manusia hanyalah agar mereka menyembah-Ku" [Al-Dzariyat ; 56]

Dengan demikian, jin juga dibebani taklif perintah dan larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yang taat akan mendapatkan keridhaan Allah dan akan ditempatkan di dalam surga, sedangkan yang berbuat maksiat dan membangkang akan diganjar dengan api neraka.

Semenatar itu, dalil yang menyatakan bahwa mereka akan diazab di neraka adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Allah berfirman, Masuklah kalian bersama bangsa-bangsa yang telah terdahulu sebelum kalian, yaitu jin dan manusia ke dalam neraka" [Al-A'raf 179]

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Sesungguhnya Kami telah penuhi nerekaka Jahanam dengan jin dan manusia" [As-Sajdah : 13]

['Alam Al-Jinn wa Al-Syayathin, edisai Indosneia Jin, Setan dan Iblis Menurut Al-Qur'an dan Sunnah, hal.16-18, 33-34, 60-64 Serambi Ilmu Semesta]


Ummu Habibah binti Abu Sufyan ( wafat 44 H / 664 M )




Dalam perjalanan hidupnya, Ummu Habibah banyak mengalami penderitaan dan cobaan yang berat. Setelah memeluk Islam, dia bersama suaminya hijrah ke Habasyah. Di sana, ternyata suaminya murtad dari agama Islam dan beralih memeluk Nasrani. Suaminya kecanduan minuman keras, dan meninggal tidak dalam agama Islam. Dalam kesunyian hidupnya, Ummu Habibah selalu diliputi kesedihan dan kebimbangan karena dia tidak dapat berkumpul dengan keluarganya sendiri di Mekah maupun keluarga suaminya karena mereka sudah menjauhkannya. Apakah dia harus tinggal dan hidup di negeri asing sampai wafat?

Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesedihan terus-menerus. Ketika mendengar penderitaan Ummu Habibah, hati Rasulullah sangat tergerak sehingga beliau rnenikahinya dan Ummu Habibah tidak lagi berada dalam kesedihan yang berkepanjangan. Hal itu sesuai dengan firman Allah bahwa: Nabi itu lebih utama daripada orang lain yang beriman, dan istri-istri beliau adalah ibu bagi orang yang beriman.

Keistimewaan Ummu Habibah di antara istri-istri Nabi lainnya adalah kedudukannya sebagai putri seorang pemimpin kaum musyrik Mekah yang memelopori perientangan terhadap dakwah Rasulullah dan kaum muslimin, yaitu Abu Sufyan.

 Masa Kecil dan Nasab Pertumbuhannya

Ummu Habibah dilahirkan tiga belas tahun sebelum kerasulan Muhammad Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. dengan nama Ramlah binti Shakhar bin Harb bin Uinayyah bin Abdi Syams. Ayahnya dikenal dengan sebutan Abu Sufyan. Ibunya bernama Shafiyyah binti Abil Ashi bin Umayyah bin Abdi Syams, yang merupakan bibi sahabat Rasulullah, yaitu Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Sejak kecil Ummu Habibah terkenal memiliki kepribadian yang kuat, kefasihan dalam berbicara, sangat cerdas, dan sangat cantik.

 Pernikahan, Hijrah, dan Penderitaannya

Ketika usia Ramlah sudah cukup untuk menikah, Ubaidillah bin Jahsy mempersunting- nya, dan Abu Sufyan pun menikahkan mereka. Ubaidillah terkenal sebagai pemuda yang teguh memegang agama Ibrahirn ‘alaihi salam. Dia berusaha menjauhi minuman keras dan judi, serta berjanji untuk memerangi agama berhala. Ramlah sadar bahwa dirinya telah menikah dengan seseorang yang bukan penyembah berhala, tidak seperti kaumnya yang membuat dan menyembah patung-patung. Di dalarn hatinya terbersit keinginan untuk mengikuti suaminya memeluk agama Ibrahim ‘alaihi salam.

Sementara itu, di Mekah mulai tersebar berita bahwa Muhammad datang membawa agama baru, yaitu agama Samawi yang berbeda dengan agama orang Quraisy pada umumnya. Mendengar kabar itu, hati Ubaidillah tergugah, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama baru itu. Dia pun mengajak istrinya, Ramlah, untuk memeluk Islam bersamanya.

Mendengar misi Muhammad berhasil dan maju pesat, orang-orang Quraisy menyatakan perang terhadap kaum muslimin sehingga Rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk berhijrah ke Habasyah. Di antara mereka terdapat Ramlah dan suaminya, Ubaidillah bin Jahsy. Setelah beberapa lama mereka menanggung penderitaan berupa penganiayaan, pengasingan, bahkan pengusiran dan keluarga yang terus mendesak agar mereka kembali kepada agama nenek moyang. Ketika itu Ramlah tengah mengandung bayinya yang pertama. Setibanya di Habasyah, bayi Ramlah lahir yang kemudian diberi nama Habibah. Dari nama bayi inilah kemudian nama Ramlah berubah menjadi Ummu Habibah.

Selama mereka di Habasyah terdengar kabar bahwa kaum muslimin di Mekah semakin kuat dan jumlahnya bertambah sehingga mereka menetapkan untuk kembali ke negeri asal mereka. Sementara itu, Ummu Habibah dan suaminya memilih untuk menetap di Habasyah. Di tengah perjalanan, rombongan kaum muslimin yang akan kembali ke Mekah mendengar kabar bahwa keadaan di Mekah masih gawat dan orang-orang musyrik semakin meningkatkan tekanan dan boikot terhadap kaum muslimin. Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke Habasyah.

Beberapa tahun tinggal di Habasyah, kaum muslimin sangat mengharapkan kesedihan akan cepat berlalu dan barisan kaum muslimin menjadi kuat, namun kesedihan belum habis. Kondisi itulah yang menyebabkan Ubaidillah memiliki keyakinan bahwa kaum muslimin tidak akan pernah kuat. Tampaknya dia sudah putus asa sehingga sedikit demi sedikit hatinya mulai condong pada agama Nasrani, agama orang Habasyah.

Ummu Habibah mengatakan bahwa dia memimpikan sesuatu, “Aku melihat suamiku berubah menjadi manusia paling jelek bentuknya. Aku terkejut dan berkata, ‘Demi Allah, keadaannya telah berubah.’ Pagi harinya Ubaidillah berkata, ‘Wahai Ummu Habibah, aku melihat tidak ada agama yang lebih baik daripada agama Nasrani, dan aku telah menyatakan diri untuk memeluknya. Setelah aku memeluk agama Muhammad, aku akan memeluk agama Nasrani.’ Aku berkata, ‘Sungguhkah hal itu baik bagimu?’ Kemudian aku ceritakan kepadanya tentang mimpi yang aku lihat, namun dia tidak mempedulikannya. Akhirnya dia terus-menerus meminum minuman keras sehingga merenggut nyawanya.”

Demikianlah, Ubaidillah keluar dan agama Islam yang telah dia pertaruhkan dengan hijrah ke Habasyah, dengan menanggung derita, meninggalkan kampung halaman bersama istri dan anaknya yang masih kecil. Ubaidillah pun berusaha mengajak istrinya untuk keluar dari Islam, namun usahanya sia-sia karena Ummu Habibah tetap kokoh dalam Islam dan memertahankannya hingga suaminya meninggal. Ummu Habibah merasa terasing di tengah kaum muslimin karena merasa malu atas kernurtadan suaminya. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali kembali ke Mekah, padahal orang tuanya, Abu Sufyan, sedang gencar menyerang Nabi dan kaurn muslimin. Dalam keadaan seperti itu, Ummu Habibah merasa rumahnya tidak aman lagi baginya, sementara keluarga suaminya telah meninggalkan rumah mereka karena telah bergabung dengan Rasulullah. Akhirnya, dia kembali ke Habasyah dengan tanggungan derita yang berkepanjangan dan menanti takdir dari Allah.

 Menjadi Ummul-Mukminin

Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. selalu memantau keadaan umat Islam, tidak saja yang berada di Mekah dan Madinah, tetapi juga yang di Habasyah. Ketika memantau Habasyahlah beliau mendengar kisah tentang Ummu Habibah yang ditinggalkan Ubaidillah dengan derita yang ditanggungnya selama ini. Hati beliau terketuk dan berniat menikahinya.

Ummu Habibah menceritakan mimpi dan kehidupannya yang suram. Dia berkata, “Dalam tidurku aku melihat seseorang menjumpaiku dan memanggilku dengan sebutan Ummul-Mukminin. Aku terkejut. Kemudian aku mentakwilkan bahwa Rasulullah akan menikahiku.” Dia melanjutkan, “Hal itu aku lihat setelah masa iddahku habis. Tanpa aku sadari seorang utusan Najasyi mendatangiku dan meminta izin, dia adalah Abrahah, seorang budak wanita yang bertugas mencuci dan memberi harum-haruman pada pakaian raja. Dia berkata, ‘Raja berkata kepadamu, ‘Rasulullah mengirimku surat agar aku mengawinkan kamu dengan beliau.” Aku menjawab, ‘Allah memberimu kabar gembira dengan membawa kebaikan.’ Dia berkata lagi, ‘Raja menyuruhmu menunjuk seorang wali yang hendak rnengawinkanmu’. Aku menunjuk Khalid bin Said bin Ash sebagai waliku, kemudian aku memberi Abrahah dua gelang perak, gelang kaki yang ada di kakiku, dan cincin perak yang ada di jari kakiku atas kegembiraanku karena kabar yang dibawanya.” Ummu Habibah kembali dan Habasyah bersarna Syarahbil bin Hasanah dengan membawa hadiah-hadiah dari Najasyi, Raja Habasyah.

Berita pernikahan Ummu Habibah dengan Rasulullah merupakan pukulan keras bagi Abu Sufyan. Tentang hal itu, Ibnu Abbas meriwayatkan firman Allah, “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orangorang yang kamu musuhi di antara mereka. …“ (QS. Al-Mumtahanah: 7). Ayat ini turun ketika Nabi Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. menikahi Ummu Habibah binti Abi Sufyan.

 Hidup bersama Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam.

Rasululullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. mengutus Amru bin Umayyah ke Habasyah dengan membawa dua tugas, yaitu mengabari kaum Muhajirin untuk kembali ke negeri mereka (Madinah) karena posisi kaum muslimin sudah kuat serta untuk meminang Ummu Habibah untuk Rasulullah. Di tengah perjalanan kembali ke Madinah mereka mendengar berita kemenangan kaum muslimin atas kaum Yahudi di Khaibar. Kegembiraan itu pun mereka rasakan di Madinah karena saudara mereka telah kembali dan Habasyah. Rasulullah menyambut mereka yang kembali dengan suka cita, terlebih dengan kedatangan Ummu Habibah. Beliau mengajak Ummu Habibah ke dalam rumah, yang ketika itu bersamaan juga dengan pernikahan beliau dengan Shafiyyah binti Huyay bin Akhtab, putri salah seorang pimpinan Yahudi Khaibar yang ditawan tentara Islam. Ketika itu Nabi mernbebaskan dan menikahinya. Istri-istri Rasulullah lainnya menyambut kedatangan Ummu Habibah dengan hangat dan rasa hormat, berbeda dengan penyambutan mereka terhadap Shafiyyah.

Perjalanan hidup Ummu Habibah di tengah keluarga Rasulullah tidak banyak menimbulkan konflik antar istri atau mengundang amarah beliau. Selain itu, belum juga ada riwayat yang mengisahkan tingkah laku Ummu Habibah yang menunjukkan rasa cemburu.

 Posisi yang Sulit

Telah kita sebutkan di atas tentang posisi Ummu Habibah yang istimewa di antara istri-istri Rasulullah. Ayahnya adalah seorang pemimpin kaum musyrik ketika Ummu Habibah mendapat cahaya keimanan, dan dia menghadapi kesulitan ketika harus menjelaskan keyakinan itu kepada orang tuanya.

Orang-orang Quraisy mengingkari perjanjian yang telah mereka tanda-tangani di Hudaibiyah bersama Rasulullah. Mereka menyerang dan membantai Bani Qazaah yang telah terikat perjanjian perlindungan dengan kaum muslimin. Untuk mengantisipasi hal itu, Rasulullah berinisiatif menyerbu Mekah yang di dalamnya tinggal Abu Sufyan dan keluarga Ummu Habibah. Orang-orang Quraisy Mekah sudah mengira bahwa kaum muslimin akan menyerang mereka sebagai balasan atas pembantaian atas Bani Qazaah yang mereka lakukan. Mereka sudah mengetahui kekuatan pasukan kaum muslimin sehingga mereka memilih jalan damai. Diutuslah Abu Sufyan yang dikenal dengan kemampuan dan kepintarannya dalam berdiplomasi untuk berdamai dengan Rasulullah.

Sesampainya di Madinah, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah, tetapi terlebih dahulu rnenemui Ummu Habibah dan berusaha rnemperalat putrinya itu untuk kepentingannya. Betapa terkejutnya Ummu Habibah ketika melibat ayahnya berada di dekatnya setelah sekian tahun tidak berjumpa karena dia hijrah ke Habasyah. Di sinilah tampak keteguhan iman dan cinta Ummu Habibah kepada Rasulullah. Abu Sufyan menyadari keheranan dan kebingungan putrinya, sehingga dia tidak berbicara. Akhirnya Abu Sufyan masuk ke kamar dan duduk di atas tikar. Melihat itu, Ummu Habibah segera melipat tikar (kasur) sehingga tidak diduduki oleh Abu Sufyan. Abu Sufyan sangat kecewa melihat sikap putrinya, kemudian berkata, “Apakah kau melipat tikar itu agar aku tidak duduk di atasnya atau rnenyingkirkannya dariku?” Ummu Habibah menjawab, “Tikar ini adalah alas duduk Rasulullah, sedangkan engkau adalah orang musyrik yang najis. Aku tidak suka engkau duduk di atasnya.” Setelah itu Abu Sufyan pulang dengan merasakan pukulan berat yang tidak diduga dari putrinya. Dia merasa bahwa usahanya untuk menggagalkan serangan kaum muslimin ke Mekah telah gagal. Ummu Habibah telah menyadari apa yang akan terjadi. Dia yakin akan tiba saatnya pasukan muslim menyerbu Mekah yang di dalarnnya terdapat keluarganya, namun yang dia ingat hanya Rasulullah. Dia mendoakan kaum muslimin agar rnemperoleh kemenangan.

Allah mengizinkan kaum muslimin untuk mernbebaskan Mekah. Rasulullah bersama ribuan tentara Islam memasuki Mekah. Abu Sufyan merasa dirinya sudah terkepung puluhan ribu tentara. Dia merasa bahwa telah tiba saatnya kaum muslimin membalas sikapnya yang selama ini menganiaya dan menindas mereka. Rasulullah sangat kasihan dan mengajaknya memeluk Islam. Abu Sufyan menerima ajakan tersebut dan menyatakan keislamannya dengan kerendahan diri. Abbas, paman Rasulullah, meminta beliau menghormati Abu Sufyan agar dirinya merasa tersanjung atas kebesarannya. Abbas berkata, “Sesungguhnya Abu Sufyan itu seorang yang sangat suka disanjung.” Di sini tampaklah kepandaian dan kebijakan Rasulullah. Beliau menjawab, “Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, dia akan selamat. Barang siapa yang menutup pintu rumahnya, dia pun akan selamat. Dan barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, dia akan selamat.” Begitulah Rasulullah menghormati kebesaran seseorang, dan Allah telah memberi jalan keluar yang baik untuk menghilangkan kesedihan Ummu Habibah dengan keislaman ayahnya.

 Akhir sebuah Perjalanan

Setelah Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam. wafat, Ummu Habibah hidup menyendiri di rumahnya hanya untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam kejadian fitnah besar atas kematian Utsman bin Affan, dia tidak berpihak kepada siapa pun. Bahkan ketika saudaranya, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, berkuasa, sedikit pun dia tidak berusaha mengambil kesempatan untuk menduduki posisi tertentu. Dia juga tidak pernah menyindir Ali bin Abi Thalib lewat sepatah kata pun ketika bermusuhan dengan saudaranya itu. Dia pun banyak meriwayatkan hadits Nabi yang kemudian diriwayatkan kembali oleh para sahabat. Di antara hadits yang diriwayatkannya adalah: “Aku mendengar Rasulullah bersabda,

“Barang siapa yang shalat sebanyak dua belas rakaat sehari semalam, niscaya Allah akan membangun baginya rumah di surga.’ Ummu Habibah berkata, “Sungguh aku tidakpernah meninggalkannya setelah aku mendengar dari Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi Wassalam.” (HR. Muslim)

Ummu Habibah wafat pada tahun ke-44 hijrah dalarn usia tujuh puluh tahun. Jenazahnya dikuburkan di Baqi’ bersama istri-istri Rasulullah yang lain. Semoga Allah memberinya kehormatan di sisi-Nya dan menempatkannya di tempat yang layak penuh berkah. Amin.

Sumber: Buku Dzaujatur-Rasulullah, karya Amru Yusuf, Penerbit Darus-Sa’abu, Riyadh